Translate

Kamis, 10 Juli 2014

Jumat 11 Juli 2014



DiLeMa ….
Hari ini entah apa yang terjadi , saya pun tak mengerti mengapa saya harus menulis ini . . .

Mahasiswa semester IV, Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang angkatan 2012 , yang bernama lengkap Suryanti Juniati Letfra dengan NIM 1204021004, bingung tidak tahu harus memilih minat apa pada semester V nanti L
Hufffff …
Teringat saat pertama kali memilih jurusan untuk masuk kuliah di perguruan tinggi nanti .
Jujur, waktu itu saya memilih jurusan pada fakultas pertanian ini hanya untuk melengkapi pilihan jurusan,  karena kebetulan saat itu saya mengambil IPC jadi harus memilih 3 jurusan dan pilihan ketiga itu yang saya masukan pilihan pada jurusan agribisnis fakultas pertanian .
Singkat cerita, ternyata saya lulus pada pilihan ketiga saya yaitu jurusan agribisnis fakultas pertanian .
Saya bingung apa yang harus saya lakukan setelah saya masuk kuliah nanti karena saya sendiri tidak punya planning apa-apa kalau saya harus lulus FAPERTA nanti .
Seiring berjalannya waktu , saya terus mengikuti alur yang ada di FAPERTA . Dimana saya harus mengikuti kegiatan yang diberikan oleh Fakultas sebelum perkuliahan yaitu PKKBMB , BSS dan Matrikulasi .  Tidak hanya itu saja , saya pun harus mengikuti kegiatan yang diberikan oleh para senior yaitu FC dan MADIFA .
Setelah semuanya itu saya jalankan ,tiba saatnya kegiatan perkuliahan dimulai . Saya pun terus mengikuti alur yang ada di FAPERTA . Baik itu kuliah , tugas , UTS sampai UAS pun saya mengikuti semuanya itu . Yah bisa dibilang saya termasuk mahasiswa kategori rajin !
Semuanya saya jalani dengan harapan agar cepat selesai “wisuda” tetapi dalam hati ini terus bertanya “apakah saya sudah benar-benar siap untuk menjadi seorang sarjana wisuda tanpa harus mencintai semua yang ada di FAPERTA ini ???” hati saya terus bertanya begitu dan saya baru mencoba menjawab pertanyaan hati saya ketika saya menginjak semester ini yaitu semester IV . kenapa saya harus menjawab ? karena ketika semester IV selesai maka harus berlanjut ke semester V dan pada saat semester V maka saya sudah harus menentukan pilihan minat yang tepat sesuai kemampuan saya dan juga dengan melihat peluang kerja ke depannya .
Ekonomi pertanian ,,, salah satu minat yang ada pada jurusan Agribisnis. Minat yang dipilih orangtua saya untuk saya boleh memilih . Bukan saja boleh memilih tapi harus memilih minat tersebut , kata orangtua saya . Alasan mereka menyuruh saya karena dengan melihat peluang kerja ke depan, katanya minatnya sulit dan pasti akan langsung dapat pekerjaan ketika wisuda nanti .
Manajemen Agribisnis ,,, minat kedua yang ada pada jurusan Agribisnis juga . Minat yang tidak pernah saya pikirkan untuk memilihnya tapi karena kebanyakan teman-teman saya ingin memilih minat ini maka saya pun inigin memilihnya seperti mereka .
Penyuluhan pertanian ,,, minat ketiga yang ada pada jurusan Agribisnis . Minat yang menjadi keinginan saya tapi tidak disetujui oleh orangtua dan keluarga saya . Dengan alasan sudah terlalu banyak penyuluhan di luar sana jadi kalau saya memilihnya maka setelah sarjana saya akan terlontang-lanting di luar .
Saya bingung , apa yang harus saya lakukan ???
Oh Tuhan , biarlah apa yang akan saya pilih nanti , sesuai dengan Kehendak-Mu J
Aminnn …   





Jumat 11 juli 2014




Pantai Air Cina, Kupang

 


 Pantai Air Cina sudah banyak dikenal orang Kupang terutama yang biasa memancing dengan perahu, menurut mereka di daerah itu banyak sekali ikan-ikan ukuran besar. Di bagian yang disebut daerah Ujung Lampu, 
Di bulan November, yang biasanya Kupang sedang dalam puncak panasnya. setelah melewati jalan lumayan berlubang harus berbelok ke kanan memasuki kawasan perkampungan. Jalan menuju Air Cina punya jalur jalan dari tanah sehingga pada musim hujan harus hati-hati karena jalan bisa berubah menjadi kubangan-kubangan.
Pada musim kering, hanya berhadapan dengan debu-debu yang beterbangan terlindas roda kendaraan. Sekitar sepuluh menit sampai ke kawasan Pantai Cina yang biasa digunakan penduduk sekitar untuk bertanam rumput laut. Kawasan ini cukup sepi, hanya ada satu-dua nelayan yang pulang. Entah mereka habis memperbaiki dan mengecek tanaman rumput laut mereka ataukah pulang dari mencari ikan.






 
Pantai Air Cina yang terdapat lampu mercusuar, istilah penduduk sini adalah ujung lampu. Dari kawasan pantai ini tidak ada jalan pasir karena langsung berhadapan dengan karang-karang yang terjal dan runcing. Satu-satunya jalan harus mengikuti jalan menuju ke perkampungan di depan .
Perjalanan berikutnya walau tidak jauh tapi justru lebih sulit karena jalan menanjak banyak yang  berupa batu lepasan dan batu-batu karang runcing menganga dimana-mana. Dua kali tanjakan dan  harus menerobos jalan kecil disamping rumah penduduk yang dipenuhi belukar untuk sampai pinggir pantai. melalui jalan ini ternyata hanya bisa sampai di ujung dua buah pohon Beringin besar, karena jalan di depan tampaknya makin sulit.





Memarkirkan kendaraan di bawah pohon dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Lima menit kemudian baru sampai ke pinggir pantai. Walaupun di sekeliling disuguhi batu-batu karang yang terjal, namun kondisi pantainya yang berpasir putih dan masih asli punya potensi yang menjanjikan. Seandainya semak-semak di sepanjang jalur ini dibersihkan, pantai ini akan memiliki view pasir yang makin menarik.
Pantani di depan landai dan berombak pelan karena beberapa ratus meter dari pantai terdapat barrier karang yang menhadang ombak sehingga ombak yang sampai ke pantai tidak kencang.
Pohon-pohon asam tampak unik berdiri karena daun dan batanya tumbuh berkembang ke arah darat layaknya bonsai yang dibentuk. Di genangan air yang terjebak di batu-batu karang beberapa anak lobster lari bersembunyi saat merasakan kehadiran kami. Di sepanjang pantai ini juga dengan mudah ditemukan tanaman laut dengan terumbu-terumbu kecil.
Beberapa ratus meter ke arah barat, kami melihat sebuah bangunan tinggi mercusuar. Di sini ditemukan kawasan pasir yang bukan terdiri dari pasir tapi batu-batu bulat sebesar merica. Sayang matahari masih asyik bersembunyi di balik awan sampai senja tenggelam, hanya bias-bias kuning merah dan bayangan kemilau di air yang kami dapatkan hari ini.
(awalnya.blogspot.com)
http://wisatanusatenggara.wordpress.com/2012/02/22/pantai-air-cina-kupang/




Jumat 11 juli 2014



 
Hay,,,
Perkenalkan nama lengkap saya Suryanti Juniati Letfra , biasa di sapa dengan panggilan Titind .
Saya berasal dari daerah Alor , Nusa Tenggara Timur .
Nah, berbicara mengenai asal saya yaitu pulau Alor , saya akan memperkenalkan salah satu tradisi yang tidak asing lagi diketahui yaitu Moko .



 Moko, setidaknya demikianlah warga masyarakat yang beribukota kalabahi ini menamai nekara perunggu ini. Berbagai ritual adat yang berlangsung di nusa kenari ini kerap kali menggunakan moko sebagai salah satu panel ritual adat. Hal yang paling menyolok adalah penggunaan moko sebagai mahar atau mas kawin yang dalam wilayah Nusa Tenggara Timur ini banyak dikenal sebagai belis.
Besarnya belis atau mahar yang ditetapkan dalam adat istiadat perkawinan didalam kekerabatan masyarakat alor secara gamblang dapat menggambarkan status sosial dari yang bersangkutan, semakin besar jumlah mahar atau belis dalam bentuk moko ini, menunjukan semakin tingginya derajat atau status sosialnya. Sampai saat ini pun, penggunaan moko sebagai belis atau mas kawin ini masih menjadi tradisi yang tetap dilaksanakan di kabupaten Alor ini.
Secara keseluruhan, dengan melihat ketersediaan moko yang sering digunakan sebagai belis dalam perkawinan masyarakat Alor, setidaknya terdapat lima wilayah kesukuan di Alor yang mempunyai dan menyimpan moko dalam jumlah yang cukup besar di dalam masyarakatnya, antara lain adalah wilayah Alor Timur, Alor Selatan, Alor Barat Daya, Alor Barat Laut, dan Alor Pantar. Dari intensitas penggunaan moko sebagai mas kawin atau belis di kabupaten Alor ini, masih terdapat beberapa suku yang tetap menggunakan moko ini sebagai belis atau mas kawin yang belum tersubstitusi sepenuhnya, diantaranya adalah suku darang (raja), suku tawaka, suku kalondama, suku kawali, dan suku balomasali.
Museum seribu moko di Alor adalah sebuah tempat yang tepat jika anda mencari atau ingin melihat koleksi yang lengkap dari moko atau nekara perunggu ini. Di museum seribu moko ini anda dapat menjumpai moko yang paling besar yang adalah asli ditemukan di alor yang diberi nama moko nekara, sedangkan moko-moko kecil lain biasanya diberi nama berdasarkan ornamen atau hiasan yang terdapat pada moko tersebut. Moko nekara merupakan salah satu hasil kebudayaan perundagian (zaman perunggu) yang digunakan masyarakat sebagai alat upacara. Nekara bertipe heger i ini ditemukan oleh Simon J Oil Balol di dalam tanah di desa Kokar, Alor Barat Laut. Menurutnya lokasi penemuan moko nekara ini ia dapatkan berdasarkan petunjuk mimpi yang ia peroleh. Berdasarkan petunjuk mimpi itu, saat bangun keesokan harinya, tepatnya 20 agustus 1972, Simon menggali di tempat yang telah dibayangkan dalam mimpi.
Berat moko nekara itu belum pernah ditimbang hingga saat ini. Bentuk dan ciri fisik dari moko nekara ini didesain menyerupai gendang atau tambur, bagian atasnya datar atau rata sebagaimana bentuk kebanyakan moko, sedangkan di tengah-tengahnya terdapat ornamen berupa gambar bintang, di bagian tepi terdapat empat patung kodok (satu di antaranya telah hilang). Bagian badan terdapat empat buah telinga, yakni dua di bagian kanan dan dua di kiri. Kajian ilmiah yang lebih detail tentunya diharapkan dapat menjelaskan makna atau tujuan dari bentuk desain seperti itu. Moko nekara ini digunakan untuk pesta-pesta adat dan dijadikan semacam rebana atau induk gendang. Setelah penemuan di Kokar tadi, sekitar tahun 1976, nekara dibawa ke Kupang untuk dipajang di museum negeri Kupang. Kemudian pemerintah kabupaten Alor membangun museum khusus yang menempatkan moko sebagai koleksi utamanya, sehingga moko nekara ini pun dibawa pulang ke Kalabahi pada tahun 2004.
Selain moko nekara yang ditempatkan di tengah-tengah museum, di sekitarnya dipajang pula secara berderet 23 moko ukuran kecil, setinggi tiga atau empat jengkal orang dewasa. Misalnya, ada moko "pung lima anak panah" yang biasanya digunakan sebagai mas kawin dalam budaya alor pantar. Ada moko jawa telinga utuh cap bintang dan cap satu bunga, ada moko belektaha cap bengkarung, ada moko malayfana palili dari alor timur, moko makassar bunga kemiri tangan panjang, moko aimala kumis besar. Sisanya, antara lain, moko cap naga, bulan, paria, dan cap rupa-rupa simbol lainnya. Bisa dipastikan tidak ada masyarakat adat di nusantara ini yang mengoleksi moko atau nekara perunggu ini dalam jumlah banyak seperti suku-suku di alor. Dalam masyarakat adat pantar barat misalnya, kalau yang meminang adalah anak raja atau keturunan raja, darah biru, tokoh terhormat di masyarakat, dan gadis yang dipinang pun demikian, mas kawinnya berupa belasan moko. "moko adalah simbol kehormatan dan kesetiaan cinta bagi masyarakat alor".


Www.nttuweb.com/.../alor/moko-dan-kebudayaan-... -