Translate

Kamis, 10 Juli 2014

Jumat 11 juli 2014



 
Hay,,,
Perkenalkan nama lengkap saya Suryanti Juniati Letfra , biasa di sapa dengan panggilan Titind .
Saya berasal dari daerah Alor , Nusa Tenggara Timur .
Nah, berbicara mengenai asal saya yaitu pulau Alor , saya akan memperkenalkan salah satu tradisi yang tidak asing lagi diketahui yaitu Moko .



 Moko, setidaknya demikianlah warga masyarakat yang beribukota kalabahi ini menamai nekara perunggu ini. Berbagai ritual adat yang berlangsung di nusa kenari ini kerap kali menggunakan moko sebagai salah satu panel ritual adat. Hal yang paling menyolok adalah penggunaan moko sebagai mahar atau mas kawin yang dalam wilayah Nusa Tenggara Timur ini banyak dikenal sebagai belis.
Besarnya belis atau mahar yang ditetapkan dalam adat istiadat perkawinan didalam kekerabatan masyarakat alor secara gamblang dapat menggambarkan status sosial dari yang bersangkutan, semakin besar jumlah mahar atau belis dalam bentuk moko ini, menunjukan semakin tingginya derajat atau status sosialnya. Sampai saat ini pun, penggunaan moko sebagai belis atau mas kawin ini masih menjadi tradisi yang tetap dilaksanakan di kabupaten Alor ini.
Secara keseluruhan, dengan melihat ketersediaan moko yang sering digunakan sebagai belis dalam perkawinan masyarakat Alor, setidaknya terdapat lima wilayah kesukuan di Alor yang mempunyai dan menyimpan moko dalam jumlah yang cukup besar di dalam masyarakatnya, antara lain adalah wilayah Alor Timur, Alor Selatan, Alor Barat Daya, Alor Barat Laut, dan Alor Pantar. Dari intensitas penggunaan moko sebagai mas kawin atau belis di kabupaten Alor ini, masih terdapat beberapa suku yang tetap menggunakan moko ini sebagai belis atau mas kawin yang belum tersubstitusi sepenuhnya, diantaranya adalah suku darang (raja), suku tawaka, suku kalondama, suku kawali, dan suku balomasali.
Museum seribu moko di Alor adalah sebuah tempat yang tepat jika anda mencari atau ingin melihat koleksi yang lengkap dari moko atau nekara perunggu ini. Di museum seribu moko ini anda dapat menjumpai moko yang paling besar yang adalah asli ditemukan di alor yang diberi nama moko nekara, sedangkan moko-moko kecil lain biasanya diberi nama berdasarkan ornamen atau hiasan yang terdapat pada moko tersebut. Moko nekara merupakan salah satu hasil kebudayaan perundagian (zaman perunggu) yang digunakan masyarakat sebagai alat upacara. Nekara bertipe heger i ini ditemukan oleh Simon J Oil Balol di dalam tanah di desa Kokar, Alor Barat Laut. Menurutnya lokasi penemuan moko nekara ini ia dapatkan berdasarkan petunjuk mimpi yang ia peroleh. Berdasarkan petunjuk mimpi itu, saat bangun keesokan harinya, tepatnya 20 agustus 1972, Simon menggali di tempat yang telah dibayangkan dalam mimpi.
Berat moko nekara itu belum pernah ditimbang hingga saat ini. Bentuk dan ciri fisik dari moko nekara ini didesain menyerupai gendang atau tambur, bagian atasnya datar atau rata sebagaimana bentuk kebanyakan moko, sedangkan di tengah-tengahnya terdapat ornamen berupa gambar bintang, di bagian tepi terdapat empat patung kodok (satu di antaranya telah hilang). Bagian badan terdapat empat buah telinga, yakni dua di bagian kanan dan dua di kiri. Kajian ilmiah yang lebih detail tentunya diharapkan dapat menjelaskan makna atau tujuan dari bentuk desain seperti itu. Moko nekara ini digunakan untuk pesta-pesta adat dan dijadikan semacam rebana atau induk gendang. Setelah penemuan di Kokar tadi, sekitar tahun 1976, nekara dibawa ke Kupang untuk dipajang di museum negeri Kupang. Kemudian pemerintah kabupaten Alor membangun museum khusus yang menempatkan moko sebagai koleksi utamanya, sehingga moko nekara ini pun dibawa pulang ke Kalabahi pada tahun 2004.
Selain moko nekara yang ditempatkan di tengah-tengah museum, di sekitarnya dipajang pula secara berderet 23 moko ukuran kecil, setinggi tiga atau empat jengkal orang dewasa. Misalnya, ada moko "pung lima anak panah" yang biasanya digunakan sebagai mas kawin dalam budaya alor pantar. Ada moko jawa telinga utuh cap bintang dan cap satu bunga, ada moko belektaha cap bengkarung, ada moko malayfana palili dari alor timur, moko makassar bunga kemiri tangan panjang, moko aimala kumis besar. Sisanya, antara lain, moko cap naga, bulan, paria, dan cap rupa-rupa simbol lainnya. Bisa dipastikan tidak ada masyarakat adat di nusantara ini yang mengoleksi moko atau nekara perunggu ini dalam jumlah banyak seperti suku-suku di alor. Dalam masyarakat adat pantar barat misalnya, kalau yang meminang adalah anak raja atau keturunan raja, darah biru, tokoh terhormat di masyarakat, dan gadis yang dipinang pun demikian, mas kawinnya berupa belasan moko. "moko adalah simbol kehormatan dan kesetiaan cinta bagi masyarakat alor".


Www.nttuweb.com/.../alor/moko-dan-kebudayaan-... -











Tidak ada komentar:

Posting Komentar